Rabu, 27 Agustus 2008

Aktifis dari 17 negara menerobos blokade Israel di Jalur Gaza


dikutip dari eramuslim.com

Negara-Negara Arab Selayaknya Malu Pada Kelompok Aktivis Pembela Ghaza



Negara-negara Arab seharus malu dan tergerak hatinya melihat keberanian para aktivis kemanusiaan yang berusaha melakukan perlawanan terhadap blokade rezim Zionis Israel di Jalur Ghaza.

Hal tersebut diungkapkan pimpinan Hamas Ismail Haniyah dalam wawancara eksklusif dengan stasiun televisi Iran, Press TV. Dalam wawancara itu, Haniyah juga mendesak kepala otoritas pemerintahan Palestina Mahmud Abbas untuk melanjutkan dialog demi kepentingan persatuan nasional dan mengakhiri perpecahan di antara mereka (Fatah-Hamas).

Haniyah mengatakan, kedatangan para aktivis kemanusiaan dengan menggunakan kapal-kapal motor penangkap ikan selayaknya mendorong para pimpinan negara-negara Arab untuk memobilisasi kekuataan untuk mengakhiri blokade rezim Zionis terhadap hak-hak rakyat Palestina.

Seperti diberitakan hari Sabtu (23/8), sekitar 46 aktivis perdamaian dari berbagai negara dengan menggunakan dua kapal motor penangkap ikan memberanikan diri masuk ke Jalur Ghaza lewat jalur laut.

Mereka menyebutnya perjalanan mereka sebagai Ekspedisi Gerakan Pembebasan Ghaza, karena tujuan mereka memang ingin mengakhiri blokade ekonomi dan sosial yang dilakukan Israel terhadap 1, 5 juta warga Ghaza. Para aktivis itu membawa bantuan kemanusiaan dan peralatan medis untuk warga Ghaza yang mengalami krisis kemanusiaan terburuk akibat isolasi yang dilakukan rezim Zionis Israel.

Sementara itu polisi Israel menangkap salam seorang aktivis AS keturunan Israel yang ikut dalam rombongan itu. Jeff Helper ditangkap karena dianggap telah melanggar larangan memasuki wilayah Ghaza yang diberlakukan Israel. Helper sudah tiga hari berada di Ghaza, sebelum akhirnya ditangkap di perbatasan Erez, ketika akan keluar dari Jalur Ghaza.

"Dia sedang menjalani pemeriksaan di kantor polisi kota Sderot karena telah melanggar dekrit militer Israel yang melarang warga negara Israel memasuki Jalur Ghaza, " kata Juru Bicara Kepolisian Israel, Micky Rosenfeld.

Kelompok aktivis dari 17 negara itu berangkat dari pelabuhan Cyprus dan rencananya akan kembali ke Cyprus hari Kamis (29/8). Mereka masuk ke Ghaza di bawah ancaman akan dibunuh oleh polisi Israel. Namun pihak Israel akhirnya mengizinkan para aktivis itu masuk ke Jalur Ghaza, karena ingin menghindari kecaman publik.

Para aktivis itu menyatakan akan membawa sejumlah warga Palestina keluar dari Ghaza. Di antaranya adalah para mahasiswa Ghaza yang dilarang keluar Ghaza oleh Israel sehingga tidak bisa melanjutkan kuliahnya di luar negeri. Menanggapi ancaman para aktivis itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan pihaknya belum menentukan tindakan apa yang akan mereka ambil. (ln/al-arby/presstv)


read more...

Senin, 09 Juni 2008

Suku Tak Dikenal di Amazon Tertangkap Kamera

Sabtu, 31 Mei 2008 - 12:31 wib

Muhammad Chandrataruna - Okezone

RIO DE JANEIRO - Salah satu kelompok Amerika (Indians) yang merupakan suku terakhir yang tak dikenal dunia telah berhasil difoto dari udara. Pada gambar terlihat beberapa anggota suku tersebut yang mana seluruh badannya diwarnai merah terang mengacungkan panah dan bow.

Foto yang diambil di sekitar perbatasan antara Brazil dan Peru merupakan fakta langka yang membuktikan bahwa suku tersebut benar-benar ada. Pejabat resmi Brazil yang saat itu turut ambil bagian dalam ekspedisi mengatakan bahwa suku tersebut disinyalir telah menambah tingkat kejahatan illegal logging di wilayah tersebut.

"Apa yang terjadi di wilayah ini adalah kejahatan monumental melawan dunia natural, suku, fauna, dan dan segala unsur yang menjawab irasionalitas," kata salah satu pejabat resmi Jose Carlos Meirelles dalam pernyataannya kepada Reuters, Sabtu (31/5/2008).

Pernyataan pejabat resmi Brazil tersebut mendapat reaksi dari Survival International yang cenderung melindungi suku-suku yang tidak terjamah di dunia. "Dunia harus mengambil tindakan dan memastikan bahwa kawasan tersebut kini dilindungi sesuai dengan hukum internasional yang berlaku. Sebaliknya, apa bila tidak mereka akan segera punah," kata direktur Survival International Stephen Corry, yang dikenal sebagai penyokong suku-suku minor di dunia.

Dari sekira 100 suku yang tak dikenal di penjuru dunia, Stephen mengatakan, lebih dari setengahnya berada di antara Brazil dan Peru. "Aksinya harus cepat. Keadannya kini begitu menguatirkan, mereka diserang, terbunuh, dan binasa satu persatu karena penyakit," pungkas dia.

Salah satu gambar memperilhatkan dua pria Indian yang mana tubuhnya diwarnai merah terang sedang mengarahkan anak panah ke udara sementara yang satunya hanya memandangi. Di foto lainnya, terlihat sekira 15 Indian berlalu lalang mempersiapkan di antara rumah-rumah jerami yang juga menyiapkan anak panah untuk dihempaskan ke arah kapal terbang
read more...

Ternyata bumi masih mengandung banyak misteri

Makhluk Misterius Ditemukan di Antartika

Minggu, 24 Februari 2008 - 13:37 wib

ILMUWAN Australia yang meneliti kehidupan laut Antartika menemukan sejumlah makhluk misterius. Makhluk-makhluk tersebut antara lain laba-laba laut raksasa serta cacing raksasa yang hidup di dasar laut.

Makhluk-makhluk raksasa itu hidup pada kedalaman sekira 3.000 meter di bawah permukaan air laut. Makhluk-makhluk itu menjadi besar akibat fenomena gigantisme. Namun, para ilmuwan belum mengetahui penyebab gigantisme.

"Gigantisme sangat umum di perairan Antartika. Kami telah mengumpulkan cacing laut, laba-laba laut, dan binatang-binatang bercangkang yang memiliki ukuran tubuh selebar nampan makanan," ujar ilmuwan Australian Antarctic Division Martin Riddle, ketua tim ekspedisi.

Makhluk-makhluk yang ditemukan Riddle dan rekan-rekan kini telah dikirimkan ke universitas-universitas dan museum-museum terbesar dunia untuk diidentifikasi dan diteliti. Sebab, tidak semua makhluk yang ditemukan tim Riddle dapat diidentifikasi. Ekspedisi ilmuwan Australia tersebut untuk memetakan bentuk-bentuk kehidupan Samudera Antartika.

Penelitian itu juga berupaya mengungkap pengaruh perubahan iklim terhadap lingkungan hidup di bawah permukaan laut. Australia bekerja sama dengan Prancis dan Jepang dalam ekspedisi tersebut. Australia mengerahkan kapal Aurora Australis, Prancis mengerahkan kapal L'Astrolabe, dan Jepang mengerahkan kapal Umitaka Maru
read more...

Kamis, 29 Mei 2008

Taukah anda bumi sedang terancam!!!
Semakin banyak es mencair

Gunung Es
Semakin banyak es di Kutub Utara dan Selatan yang mencair
Walau terpencil dan tidak bersahabat, wilayah kutub sejak lama menarik perhatian para ilmuwan.

Jauh dibawah permukaannya yang beku, kutub menyimpan rahasia kuno bumi, ketika es menutupi sebagian besar permukaan bumi.

Tetapi bersamaan dengan besarnya keinginan para ilmuwan untuk mempelajari daerah ini, makin meningkat pula kekuatiran bahwa es di kedua kutub bumi mencair dengan tingkat yang sangat cepat.

Ini jelas terlihat di laut Artik, lautan yang sangat dingin, yang mengitari Kutub Utara, yang menimpa es abadi.

Seperti diketahui, di Kutub Utara dan Selatan terdapat dua jenis, yaitu es musiman, yang terbentuk saat musim dingin tiba, dan es abadi, yang tebal dan tidak mencair sepanjang tahun.

Namun penelitian selama 10 tahun terakhir menunjukkan penurunan dramatis dalam es abadi.

Dr. Son Nghiem adalah ilmuwan di badan antariksa NASA, yang menggunakan pantauan citra satelit untuk menentukan seberapa banyak es abadi yang cair.

"Yang kami amati adalah penurunan drastis es abadi dan luas penurunan bisa dikatakan sangat luas. Pada tahun 2005 terjadi pengurangan hingga 14 persen atau wilayah seluas Texas maupun Turki," tuturnya.

Pola lama menghilang

Kutub Selatan
Diperkirakan es di kutub mencair dlam waktu 40 tahun

Sementara itu laju mencairnya es musiman di kawasan Artik juga semakin meningkat saja dalam satu dasa warsa terakhir ini.

Biasanya setiap musim gugur, dengan arus dingin yang bergerak, maka daerah yang mencair biasanya beku kembali. Tetapi pola seperti itu ternyata tidak terjadi lagi terjadi.

Es musiman yang hilang di musim panas semakin sedikit yang bisa membeku kembali di musim dingin berikutnya.

Dr. Mark Serreze, seorang ilmuwan khusus yang mengawasi es lautan di Universitas Colorado, mengatakan asumsinya adalah es Artik akan kembali muncul di musim dingin.

"Tetapi yang kita lihat sekarang adalah musim dingin tidak mampu mengembalikan es yang sebelumnya hilang. Kami melihat sendiri kejadian itu pada tahun 2006," tambahnya.

Pada Bulan November, menurut Dr. Mark Serreze, kawasan Artik kehilangan 2 juta km2 persegi esnya dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

"Ini menjelaskan kepada kita bahwa sistem yang selama ini ada ternyata tidak lagi mampu menyembuhkan diri," tuturnya.

Mengancam kehidupan

Salah satu yang sangat menggoda adalah jalur pelayaran laut Utara karena akan langsung membawa kapal dari Eropa ke Jepang
Dr. David Vaughan

Para ilmuwan mengatakan peningkatan suhu yang disebabkan oleh peningkatan C02, karbon dioksida, di atmosfir bumi yang menjadi penyebabnya.

Bagaimanapun ada juga faktor-faktor alam, seperti kencangnya angin yang membawa es Laut Artik ke lautan yang temperaturnya lebih hangat.

Mencairnya lautan es ini merupakan persoalan hidup mati bagi kehidupan binatang laut di Kutub Utara.

Beruang Kutub, misalnya, seperti menyaksikan dengan mata kepala sendiri habitatnya dimusnahkan.

Situasi begitu mengkhawatirkan sehingga pemerintah Amerika Serikat akhirnya mau juga mengakui bahwa pemanasan global yang menjadi penyebab semakin banyaknya es yang mencair di kutub.

Dan ancamannya bukan terhadap ekosistem semata, tetapi juga pada penduduk asli yang hidup di pinggiran Laut Artik.

Apa yang terjadi belakangan merupakan ancaman bagi cara hidup masyarakat yang telah bertahan ribuan tahun.

Edward Itta, Walikota sebuah kota kecil di Alaska Utara, menjelaskan ancaman al bagi kehidupan mereka.

"Musim dingin menjadi lebih pendek, kurang menggigit, dan salju cair lebih awal, sementara lapisan es lebih tipis. Semua ini menyulitkan perburuan ikan paus, yang menjadi cara hidup kami selama seribu tahun lebih."

Edward Itta yang juga merupakan pemburu ikan paus menegaskan bahwa bahwa berburu ikan paus merupakan inti kebudayaan mereka.

Kepentingan ekonomi

Es di kutub
Ada juga yang melihatnya sebagai kesempatan

Salah satu yang dituding mendorong pemanasan global adalah ketergantungan umat manusia terhadap minyak.

Namun di sisi lain banyak yang melihat melelehnya es di kawasan kutub sebagai kesempatan bagus untuk melakukan eksplorasi minyak.

Soalnya, diperkirakan sekitar sisa 25% cadangan minyak dunia diperkirakan ada di dasar Laut Artik.

Dan perusahaan-perusahaan minyak sudah tak sabar untuk melakukan eksplorasi.

Selain itu melelehnya gunng-gunung es juga dianggap membuka jalur perkapalan baru, yang diyakini akan memperbaiki perekonomian kawasan.

Dr. David Vaughan dari Badan Penelitian Antartika Inggris mengakui godaan keuntungan ekonomi terlalu kuat untuk diabaikan.

"Salah satu yang sangat menggoda adalah jalur pelayaran laut Utara karena akan langsung membawa kapal dari Eropa ke Jepang. Kalau itu terjadi maka akan menghemat uang dan waktu," katanya.

Selama ini kapal-kapal dari Eropa yang menuju sebagian kawasan Asia harus memutar lewat Terusan Suez.

"Jadi memang ada keuntungan, tetapi juga konsekuensi negatif jelas tidak kalah besarnya dari pemanasan global ini."

40 tahun lagi?

Memang persoalan Artik pada akhirnya bukan persoalan keilmuan saja, melainkan juga persoalan kepentingan ekonomi dan teritorial dari beberapa negara seperti Kanada, Rusia, Amerika Serikat, dan Norwegia.

Bagaimanapun dari bukti ilmiah, jelas bahwa Kutub Utara dan Seladan berada dibawah ancaman perubahan iklim yang hebat.

Dan kedua daerah ini sangat vital dalam menjaga agar planet tetap dingin karena es di kutub menjadi perisai bumi dalam menangkis 90% sinar matahari yang menimpa bumi, dan mengembalikannya ke angkasa luar.

Tetapi kalau es di kutub mencair maka 90% panas sinar matahari akan diserap lautan dan semakin meningkatkan pemanasan global.

Dengan tidak menghentikan tingkat emisi C02 saat ini, diperkirakan es abadi di kutub akan musnah dalam waktu tidak lama lagi.

Jika mengikuti model yang sudah dirancang para ilmuwan, maka es abadi akan meleleh sepenuhnya dalam waktu 40 tahun.

Apakah manusia harus menunggu 40 tahun lagi sebelum menyadari dampaknya bagi kehidupan di bumi?

dikutip dari BBC
read more...
Kemana ikan akan pindah 100 thun kemudian
Jika laut makin panas???
Laut
Laut yang menghangat berdampak negatif bagi ekosistem
Banyak orang membayangkan lautan biru dengan air hangat sebagai sebuah gambaran laut yang ideal.

Dan menurut ilmuwan kelautan, gambaran laut yang hangat itu akan mudah kita jumpai dalam 100 tahun mendatang.

Tetapi itu jelas bukan berarti berita baik untuk lingkungan karena lautan biru itu muncul disebabkan pemanasan global yang membuat laut menjadi terlalu panas bagi ikan, atau terlalu beracun untuk hewan laut.

Lautan yang makin panas itu juga mungkin sudah tidak mampu lagi untuk menyerap Karbon Dioksida, CO2, dari atmosfir bumi.

Selama ini lautan menyerap lebih dari separuh panas yang dipancarkan matahari dan kemudian membaginya ke seluruh permukaan bumi.

Dan menurut Dr. John Shepherd dari Lembaga Oseanografi Inggris di Southampton, lautan juga ikut memperlambat dan mengurangi ancaman perubahan suhu.

"Lautan meringankan dampak perubahan iklim dengan menyerap Karbon Dioksida dan karenanya mengurangi jumlahnya yang ada di atmosfir bumi," kata Dr. John.

Dia menambahkan lautan bisa dianalogikan sebagai bemper terhadap perubahan iklim dunia.

Sabuk laut

Di wilayah utara Atlantik ada Laut Artik, sehingga arus air hangat bisa bergerak hingga jauh sekali ke ujung kutub
Stuart Cunningham

Namun belakangan ini ada kekuatiran kalau laut saat ini semakin tidak mampu mendistribusikan panas ke seluruh penjuru bumi.

Dibawah permukaan air, ada gelombang atau mungkin lebih tepat disebut aliran arus laut, yang oleh para ilmuwan disebut sebagai Sabuk Laut.

Fungsi sabuk laut ini adalah mendorong air laut, yang sudah dipanaskan oleh matahari di wilayah tropik, ke daerah yang lebih dingin di kutub.

Proses sebaliknya juga terjadi, yaitu air dingin di Artik dan Antartika dibawa ke daerah tropik untuk dipanaskan.

Stuart Cunningham, seorang pakar khusus persoalan arus laut dari Inggris, mengatakan bahwa proses itu amat penting untuk Lautan Atlantik.

"Di wilayah utara Atlantik ada Laut Artik, sehingga arus air hangat bisa bergerak hingga jauh sekali ke ujung kutub. Itulah sebabnya iklim Eropa relatif tidak terlalu dingin," tuturnya.

Arus Atlantik Utara lebih dikenal dengan sebutan arus Teluk, dan yang dikuatirkan para ilmuwan adalah pemanasan global akan memperlambat arus itu.

Pernah terjadi

Laut
Kemampuan laut dalam menyerap panas akan berkurang

Yang lebih dikuatirkan lagi adalah jika pemanasan global akan menghilangkan sama sekali arus perpindahan air tersebut.

"Kita semua tahu bahwa bumi sedang memanas dan di belahan bumi Utara pemanasan lebih tinggi dibanding yang lainnya. Kita sudah melihat sendiri pencairan es di Artik dan lapisan es di Pulau Greenland," kata Stuart Cunningham.

Pemanasan itu akan membuat jumlah air tawar di Laut Utara semakin banyak dan karena air tawar lebih ringan dari air laut, maka letaknya berada di permukaan air laut.

"Keberadaan air tawar ini mencegah air hangat yang sampai di daerah kutub terserap panasnya oleh atmosfir agar menjadi dingin untuk turun ke dasar laut. Karenanya proses sabuk arus lautan tidak lagi berfungsi," tutur Stuart Cunningham.

Tidak berfungsinnya sabuk arus laut ini membahayakan kehidupan biota laut karena itu berarti tidak akan ada lagi pergerakan.

Sebenarnya berhentinya sabuk arus lautan ini pernah terjadi selama 1000 tahun, dan membuat Eropa kembali ke jaman es, yaitu di abad ke 14.

Waktu itu kawasan Eropa seperti menjadi sebuah benua es mini, dan penyebabnya adalah gejala alami, antara lain badai angin yang keras.

Terumbu karang terancam

Terumbu karang
Meningkatnya keasaman laut akan mengancam terumbu karang

Selain itu masih ada kekuatiran lainnya, yaitu peningkatan keasaman laut, dan terumbu karang adalah yang paling rentan menghadapi peningkatan ini.

Menurut Dr. Nerilie Abrahams dari Universitas Nasional Australia, terumbu karang seperti sedang mencatat kematiannya sendiri.

"Kami tahu bahwa jumlah Karbon Dioksida yang dipompakan ke atmosfir sebetulnya mengubah keasaman laut, dan membuatnya lebih asam lagi. Bahayanya adalah tentu saja seluruh terumbu karang akan hancur dan larut karena asam tadi."

Persoalan perubahan suhu maupun berbagai perubahan lain yang dialami lautan sebetulnya bukanlah sesuatu yang luar biasa.

Di masa lalu hal ini sudah berulangkali terjadi, namun perbedaannya adalah saat ini perubahan suhu tersebut dipicu oleh campur tangan manusia, jadi bukan karena sebab alami.

Dan jika campur tangan manusia itu tidak bisa dikurangi lagi, maka tidak bisa pula dihentikan lagi.

Para ilmuwan memang belum bisa meramalkan secara pasti tentang apa yang akan terjadi di masa depan, namun indikasi awal menunjukkan pengaruhnya adalah negatif.

dikutip dari BBC
read more...